Pohon Melinjo
(Gnetum gnemon Linn.)
Klasifikasi
·
Kerajaan:
Plantae
·
Divisi:
Gnetophyta
·
Kelas:
Gnetopsida
·
Ordo:
Gnetales
·
Famili:
Gnetaceae
·
Spesies:
G. gnemon
·
Nama
binomial : Gnetum gnemon
ASAL USUL MELINJO
Melinjo (Gnetum gnemon
Linn.) atau dalam bahasa Sunda disebut Tangkil adalah suatu spesies tanaman berbiji terbuka
(Gymnospermae) berbentuk pohon yang berasal dari Asia tropik, melanesia, dan Pasifik Barat. Melinjo
dikenal pula dengan nama belinjo, mlinjo (bahasa Jawa), tangkil (bahasa Sunda) atau bago (bahasa Melayu dan bahasa Tagalog), Khalet (Bahasa Kamboja). Melinjo banyak ditanam di
pekarangan sebagai peneduh atau pembatas pekarangan dan terutama dimanfaatkan
buah dan daunnya.Berbeda dengan anggota Gnetum lainnya yang biasanya merupakan liana, melinjo berbentuk pohon
Ciri-ciri melinjo
Habitat : Gnetum
gnemon adalah pohon berkayu, dengan tinggi 5-10 m.
Akar :
Tumbuhan ini memiliki sistem perakaran tunggang ( radix primaria ).
Batang :
Percabangan batangnya adalah simpodial dengan bentuk batang bulat
(teres). Berwaarna hijau kehitam hitaman.
Daun :
Daun Gnetum gnemon merupakan daun tidak lengkap, hanya
terdiri dari lamina dan petioles. Daun berupa daun tunggal tanpa stipula.Bentuk
helaian daun bulat memanjang ( oblongus ), Ujung daun meruncing (acuminatus),
pangkal daaun meruncing (acuminatus), tepi daun rata ( integer), tulang daun menyirid (penninervis).
Dengan duduk daun berhadapan (folia opposita).Jika daunnya disobek
terdapat serabut-serabut yang halus.
Bunga :
Bunganya merupakan bunga unisexualis dioecus, tersusun dalam
bulir (spica), letak bunga terdapat pada ketiak daun dengan
percabangan dichasium. Gnetum gnemon
tidak memiliki perhiasan bunga.Pada bunga jantan terdapat stamen dan diatasnya
terdapat ovulum-ovulum yang steril.Pada bunga betina terdapat ovulum-ovulum
yang fertile.Pada bunga nya juga terdapat brachtea.
Biji : Gnetum gnemon memiliki biji yang dilindungi oleh selaput. Selaput
keras yang paling luar disebut integumen luar.Selaput dalam yang lembut disebut
integument dalam dan selaput tengah disebut integumen tengah.Biji yang masih
muda berwarna hijau dan jika sudah matang berwarna merah.
CARA BUDIDAYA MELINJO
1. Pemilihan Lokasi Pertanaman Melinjo
a. Iklim Tempat Menanam Melinjo
·
Melinjo dapat tumbuh
baik pada berbagai jenis tanah meskipun kurang subur.
·
Daerah dengan curah
hujan 2500-3000 mm per tahun cukup baik untuk pertumbuhan melinjo akan tetapi
melinjo menyukai musim kemarau yang jelas.
b. Ketinggian
tempat Menanam Melinjo
·
Melinjo dapat tumbuh
sampai ketinggian 1200 m diatas permukaan laut namun produksi maksimal dicapai
pada ketinggian tidak lebih dari 400 m diatas permukaan laut.
c. Tanah Tempat Menanam Melinjo
·
Melinjo tidak
mebutuhkan persyaratan tumbuh yang khusus berkaitan dengan tanah sehingga banyak
direkomendasikan untuk program penghijauan.
2. Budidaya Tanaman Melinjo
a. Perbanyakan tanaman
·
Melinjo bisa
diperbanyak dengan cara generatif maupun dengan cara vegetatif. Namun biji
melinjo sangat sulit dikecambahkan sehingga perbanyakan vegetatif banyak
dilakukan. Cara perbanyakan vegetatif yang banyak dilakukan adalah mencangkok
sambung, dan okulasi.
b. Persiapan lahan Tanaman Melinjo
·
Tanah dibersihkan
dari rerumputan, dibajak, dicangkul dan batang serta kayu yang ada disekitarnya
dikumpulkan.
·
Persiapan lahan
dilakukan menjelang atau sebelum musim hujan.
c. Pembuatan lobang tanam Tanaman Melinjo
·
Lobang tanam
disiapkan 3-4 minggu sebelum bibit ditanam.
·
Lobang tanam digali
dengan ukuran 60 x60 x 75 cm.
·
Tanah bagian atas
dipisahkan dengan tanah bagian bawah.
d. Pemberian pupuk dasar Tanaman Melinjo
·
Pupuk kandang dengan
takaran + 10 kg setiap lubang tanaman.
e. Penanaman Tanaman Melinjo
·
Penanaman sebaiknya
dilakukan pada awal musim hujan.
·
Bibit yang akan
ditanam dilepas dari polibag.
·
Tanah yang melekat
pada akar dijaga jangan sampai terlepas agar perakaran bibit tidak
rusak.
·
Penanaman dilakukan
sampai batas leher akar, diusahakan akar tunggang tetap lurus.
·
Letak akar cabang
diusahakan tersebar ke segala arah.
·
Ujung yang patah
atau rusak sebaiknya dipotong.
·
Tanah di sekitar
batang dipadatkan agar tidak ada rongga-rongga udara diantara akar dan tidak
terjadi genangan air.
·
Tanaman perlu diberi
penyanggah dari bambu agar tetap tumbuh tegak.
f. Perawatan Tanaman Melinjo
i. Penyiraman Tanaman Melinjo
·
Jika tidak ada
hujan, penyiraman dilakukan 2 kali sehari selama dua minggu setelah ditanam,
selebihnya cukup sehari sekali.
·
Setelah tanaman
tumbuh, penyiraman tetap dilakukan dengan melihat kondisi kelembaban
tanah.
·
Setelah besar
penyiraman tidak perlu dilakukan, sebab akar sudah cukup mendapatkan air
meskipun tanah di permukaan kelihatan kering.
·
Untuk menghindari
kelebihan air selama musim hujan, dibuatkan saluran pembuangan air di sekitar
tanaman.
ii. Pemberian pupuk lanjutan
·
Selain pupuk
kandang, pupuk buatan juga perlu diberikan.
·
Pemberian dilakukan
2 kali setahun. Menjelang musim hujan dan menjelang musim kemarau. Dosis
disesuaikan dengan umur tanaman.
·
Pemupukan dilakukan
dengan cara membenamkan pupuk pada lubang yang digali sedalam 10-15 cm
mengelilingi lingkaran daun terluar
iii. Penyiangan Tanaman Melinjo
·
Tujuannya untuk
menghilangkan tanaman pengganggu (gulma), rerumputan liar dan tanaman merambat
yang sering tumbuh di sekitar tanaman melinjo terutama ketika tanaman masih
kecil (1-3 tahun).
·
Penyiangan dapat
dilakukan setiap saat.
·
Saat penyiangan
dilakukan pendangiran atau pengemburan tanah di sekeliling tanaman paling
sedikit 2 kali setahun.
iv. Penyulaman
Tanaman Melinjo
·
Bibit yang mati
segera disulam, diganti dengan bibit baru.
·
Penyulaman dilakukan
sesegera mungkin agar pertumbuhan tanaman yang disulam tidak tertinggal.
v. Pemangkasan Tanaman Melinjo
·
Dilakukan agar tidak
tumbuh terlalu tinggi, memudahkan dalam memungut hasil.
·
Mempermudah
pengontrolan hama dan penyakit.
·
Cabang akan semakin
banyak sehingga bunga juga semakin banyak.
·
Keseimbangan berat
tanaman terjaga sehingga tanaman berasal dari cangkok atau stek yang
perakarannya dangkal tidak mudah roboh.
vi. Pengendalian hama dan penyakit pada melinjo
Gejala dan serangan hama dan penyakit dapat dilihat pada tanaman yang diserang. Berdasarkan gejala yang tampak akan dapat diketahui jenis hama dan penyakit yang menyerang dan selanjutnya dapat ditentukan cara penanggulangannya. Gejala dari masing-masing jenis adalah sebagai berikut:
·
Permukaan daun
bagian atas berbintik-bintik kuning. Gejala ini disebabkan oleh serangan kutu
Leopindasaphes sp., Ischuapsis sp., dan Pseudocaspis sp. Yang mengisap cairan
daun. Kutu-kutu ini diberantas dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif
dimefoat, seperti Perfekthion 100 UCV.
·
Permukaan atas daun
yang berbintik merah kecoklatan atau putih. Gejala ini diakibatkan oleh
serangan tungau merah (Tetranichidae). Hama ini dapat diberantas dengan
menyemprotkan akarisida berbahan aktif dikofol seperti Kelthane MF atau yang
berbahan aktif Femitration, seperti Agrothion.
·
Daun layu berwarna
kuning sampai kuning kemerah-merahan (merah tembaga) dan mudah rontok. Daun
yang tumbuh berikutnya ukurannya menjadi lebih kecil dengan warna yang sama.
Pembuluh kayu tanaman sakit tampak berwarna coklat. Penyakit ini dikenal dengan
nama Layu Pembuluh Bakteri. Bakteri penyebab penyakit ini belum dapat
diidentifikasi jenisnya. Penularannya melalui luka akibat alat pertanian,
seperti alat pemotong. Untuk mencegah penularan lebih lanjut, alat-alat yang
baru saja digunakan untuk memotong tanaman yang sakit dibersihkan. Penyakit ini
belum dapat diberantas dengan pestisida. Pengendalian dapat dilakukan dengan
cara memasukkan bagian tanaman yang sakit.
·
Anak tulang daun
berwarna coklat dan helai daun disekitarnya berwarna kuning. Pada serangan
lebih lanjut, helai daun berubah menjadi coklat, kelabu dan akhirnya mati.
Penyakit ini disebut penyakit “Hawar Daun Bakteri” yang disebabkan oleh bakteri
Erwinia amylovora. Pengendaliannya dengan membuang bagian tanaman yang
sakit.Penggunaan pestisida belum bisa mengendalikannya secara efektif.
·
Daun bercak-bercak
coklat dengan pola yang bervariasi. Bercak dapat meluas sampai ¾ bagian bagian
yang bercak dapat menjadi kuning lalu mati, dengan warna putih kelabu seperti
terbakar. Diantara bagian yang sehat dan mati terdapat bagian berwarna coklat
tua. Penyakit ini dinamakan penyakit “Hawar Daun Cendawan” yang disebabkan oleh
cendawan Gloesporium sp. Penyakit ini dapat diatasi dengan fungisida berbahan
aktif Mankozet seperti Dithane M-45 WP, atau dapat juga diatasi dengan
fungisida yang berbahan aktif Klorotalovil misal Dacovil 75 WP dengan cara
disemprotkan.
·
Daun bercorak bulat
dengan warna coklat dikelilingi warna kuning permukaan bawah daun
berwarna-warna coklat dan kelihatan lebih terang. Penyakit ini dikenal dengan
nama penyakit “Antraluosa” yang disebabkan oleh Colletotrichum sp. Penyakit ini
dapat ditanggulangi dengan fungisida berbahan aktif Karbendazim dan Mankozeb,
seperti Delsene M X 200, atau dengan fungisida berbahan aktif Prokloraz misal
Sportek 450 cc.
Beberapa hama di
atas umumnya tidak menimbulkan banyak kerusakan. Hanya Pseudolacaspis sp. yang
dapat menghambat pertumbuhan tanaman atau mengurangi hasil.Hal ini bisa jadi
disebabkan oleh populasi hama-hama itu masih dapat dikendalikan oleh musuh
alaminya seperti kembang, Coccinelidae, berbagai jenis semut pemangsa
(Formicidae) dan berbagai jenis laba-laba (Arachnida).
Sementara itu
penyakit yang dianggap penting adalah penyakit “Layu Pembuluh Bakteri” penyakit
ini dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman atau mungkin juga bisa
mematikannya. Penyakit lain seperti Hawar Daun Bakteri dan Hawar Daun Cendawan
perlu juga diperhatikan. Penyakit ini bisa mengurangi hasil secara tidak
langsung.
Dalam kenyataan sehari-hari, hama dan penyakit di atas kurang mendapat perhatian yang serius dari petani. Hal ini mungkin disebabkan oleh serangan yang belum jelas atau merugikan. Pada suatu saat nanti mungkin serangan hama dan penyakit ini akan kelihatan jelas apabila melinjo telah diusahakan secara monokultur dalam areal yang luas.
g. Panen dan pasca panen Tanaman Melinjo
i. Panen Tanaman Melinjo
·
Hasil panen melinjo
berupa buah, bunga dan daun.
·
Buah melinjo dapat
diolah menjadi tangkil, bahan baku “emping”. Buah melinjo untuk emping harus di
panen apabila sudah cukup umur. Biji yang muda akan mengurangi mutu
emping.
·
Bunga dan daun yang
dikenal dengan nama Kroto So yang umumnya dikonsumsi sebagai sayuran. Panen
bunga dan daun muda dapat dilakukan kapan saja.
·
Untuk mendapatkan
buah yang baik dan banyak, bunga atau daun melinjo sebaiknya tidak di panen
sebab akan menurunkan produksi buah.
·
Pohon melinjo dapat
dipanen setelah berumur 5 sampai 6 tahun.
·
Masa buah melinjo
terjadi 2 kali dalam setahun. Dikenal dengan panen besar (bulan Mei-Juli) dan
panen kecil (bulan Oktober-Desember).
ii. Cara panen Tanaman Melinjo
·
Pemanenan dapat
dilakukan dengan memanjat pohonnya, atau menggunakan galah atau tangga.
Pemanenan sangat dianjurkan menggunakan tangga karena beresiko kecil.
·
Panen dilakukan
dengan memetik buah kemudian dikumpulkan dalam wadah (keranjang).
·
Hasil pemetikan
merupakan campuran melinjo tua dan melinjo muda.
·
Sebagai tambahan
dapat juga sekaligus dipanen bunga dan daun melinjo.
iii. Pasca panen Tanaman Melinjo
·
Langkah awal setelah
panen adalah sortasi atau pemilihan buah.
·
Buah melinjo tua
dipisahkan dari yang muda demikian pula daun dan bunganya. Buah tua berwarna
merah dan berbiji keras. Buah muda berwarna hijau dan biji lunak.
·
Hasil panen melinjo
dijual sebagai sayuran dan bahan baku pembuatan emping.
Uraian berikut
mengenai seluk beluk produk olahan melinjo yaitu emping, meliputi jenis-jenis
kualitas, cara pembuatan, pengemasan dan penyimpanan.
Jenis-jenis emping
·
Emping yang dijual
di pasaran ada bermacam-macam ukurannya yaitu: kecil, sedang dan besar.
·
Emping ukuran kecil
dikenal dengan nama ‘Emping Geprek’. Emping ini dibuat dari satu biji melinjo
untuk satu buah emping.
·
Emping ukuran sedang
dibuat dari beberapa biji melinjo yang dipipihkan dan satukan.
·
Emping ukuran paling
besar dibuat dari dua puluh sampai tiga puluh biji melinjo yandg dipipihkan dan
disatukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar