Sabtu, 05 Juli 2014

pengertian ilmu


Pengertian Ilmu Lengkap - Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya


PENGERTIAN ILMU MENURUT  MINTO RAHAYU
Ilmu adalah pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dan berlaku umum, sedangkan pengetahuan adalah pengalaman yang bersifat pribadi/kelompok dan belum disusun secara sistematis karena belum dicoba dan diuji

PENGERTIAN ILMU MENURUT  POPPER
ilmu adalah tetap dalam keseluruhan dan hanya mungkin direorganisasi.

PENGERTIAN ILMU MENURUT  DR. H. M. GADE
Ilmu adalah falsafah.yaitu hasil pemikiran tentang batas-batas kemungkinan pengetahuan manusia

PENGERTIAN ILMU MENURUT  M. IZUDDIN TAUFIQ
Ilmu adalah penelusuran data atau informasi melalui pengamatan, pengkajian dan eksperimen, dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan dasar ataupun asal usulnya

PENGERTIAN ILMU MENURUT  THOMAS KUHN
Ilmu adalah himpunan aktivitas yang menghasilkan banyak penemuan, bail dalam bentuk penolakan maupun pengembangannya

PENGERTIAN ILMU MENURUT  Dr. MAURICE BUCAILLE
Ilmu adalah kunci untuk mengungkapkan segala hal, baik dalam jangka waktu yang lama maupun sebentar.

PENGERTIAN ILMU MENURUT  NS. ASMADI
Ilmu merupakan sekumpulan pengetahuan yang padat dan proses mengetahui melalui penyelidikan yang sistematis dan terkendali (metode ilmiah)

PENGERTIAN ILMU MENURUT  POESPOPRODJO
Pengertian Ilmu adalah proses perbaikan diri secara bersinambungan yang meliputi perkembangan teori dan uji empiris

PENGERTIAN ILMU MENURUT  FRANCIS BACON

PENGERTIAN ILMU MENURUT  CHARLES SINGER
Ilmu adalah suatu proses yang membuat pengetahuan (science is the process which makes knowledge)

Dari semua Pendapat tentang Pengertian Ilmu di atas kita dapat menyimpulkan bahwa Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya.Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Pecinta Radio Kita FM Rahimakumullah, Menuntut ilmu adalah salah satu sarana agar kita bisa mengetahui dan belajar sesuatu hal atau bidang keilmuan yang tentunya akan membawa manfaat bagi kita. Dan ilmu tersebut ada yang bersifat duniawi dan ada ilmu yang merupakan syari’at Islam yang harus dan wajib dituntut oleh setiap muslim sebagaimana hadits Rasulullah:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ.
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.” Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (no. 224), dari Shahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, lihat Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 3913). Diriwayatkan pula oleh Imam-imam ahli hadits yang lainnya dari beberapa Shahabat seperti ‘Ali, Ibnu ‘Abbas, Ibnu ‘Umar, Ibnu Mas’ud, Abu Sa’id al-Khudri, dan al-Husain bin ‘Ali radhiyallaahu ‘anhum.
Nah, lalu bagaimanakah hukum menuntut kedua ilmu tersebut? Simak penjelasannya berikut ini:
Hukum menuntut ilmu duniawi
  • Hukumnya tidak wajib ‘ainuntuk setiap kaum muslimin, karena tidak ada dalil yang mewajibkannya, dan karena istilah ilmu dalam nash al-Quran dan Sunnah apabila muthlaq maka yang dimaksudkan adalah ilmu syari’at Islam.
  • Kadang kala wajib kifayahpada saat tertentu, seperti ketika akan memasuki medan pertempuran dan lainnya. Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata: “Dapat kami simpulkan bahwa ilmu syar’I adalah ilmu yang terpuji, sungguh mulia bagi yang menuntutnya. Akan tetapi, saya tidak mengingkari ilmu lain yang berfaidah, namun ilmu selain syar’i ini berfaidah apabila memiliki dua hal: (1) jika membantu ta’at kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan (2) Bila menolong agama Allah dan berfaidah untuk kaum muslimin. Bahkan kadang kala ilmu ini wajib dipelajari apabila masuk ke dalam firman-Nya: (Q.S Al Anfal : 60) (Kitabul Ilmi, Hal 13-14)
  • Jika ilmu itu menuju kepada kejahatan maka haram menuntutnya.Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata: “Adapun ilmu selain syar’i boleh jadi sebagai wasilah menuju kepada kebaikan atau jalan menuju kepada kejahatan, maka hukumnya sesuai degan jalan yang menuju kepadanya.” (Kitabul Ilmi, kitabul ilmi Hal-14)
Menuntut Ilmu Syari’at Islam
  • Menuntut ilmu syar’I yang berkenaan dengan kewajiban menjalankan ibadah bagi setiap mukallaf –seperti tauhid- dan yang berhubungan dengan ibadah sehari-hari –semisal wudhu, shalat dan yang lainnya-, maka hukumnya fardhu ‘ain, karena syarat diterimanya ibadah harus ikhlas dan sesuai dengan Sunnah, tentunya cara memperolehnya disesuaikan dengan kemampuannya sebagaimana keterangan surat al Baqoroh: 286. “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo’a): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” —— Menuntut ilmu syar’i ini pun tidak semuanya harus dipelajari segera dalam waktu yang sama, karena ada amal ibadah yang diwajibkan oleh orang yang mampu saja, seperti mengeluarkan zakat, haji dan lainnya. Maka saat akan menjalankan ibadah tersebut hendaknya mempelajari ilmunya. Sebagaimana keterangan Ibnu Utsaimin rahimahullah dan lainnya.
  • Menuntut ilmu syar’i yang hukumnya fardhu kifayah, maksudnya bukan setiap orang muslim harus mengilmuinya, akan tetapi diwajibkan bagi ahlinya. Seperti membahas ilmu ushul  danfuru’nya dan juga yang berkenaan dengan ijtihadiyahnya.
Karena pentingnya kewajiban menuntut ilmu dien, maka sampai dalam kondisi perang pun hendaknya ada orang yang khusus mempelajari agama – tafaqquh fiddin.
Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mu’minin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (Q.S At Taubah: 122)

            Tujuan Menuntut Ilmu


MENUNTUT ilmu memang wajib dan penting bagi setiap orang.Sejak balita kita sudah mulai diajarkan beberapa ilmu oleh orang tua kita.Bahkan dari masih dalam kandungan pun kita sudah mendapatkan berbagai macam ilmu.Baik itu Ilmu Pengetahuan Agama, Alam, Sosial, ataupun yang lainnya. Tapi jika ditelaah, sebenarnya tujuan kita menuntut ilmu pengetahuan itu untuk apa? Untuk terhindar dari kemiskinan kah? Untuk menipu orang lain? Untuk mendapatkan pekerjaan? Untuk pamer dengan orang lain? atau ada pertanyaan yang lain lagi?


Di dalam masyarakat kita sekarang ini tak jarang kita melihat orang berlomba-lomba menuntut ilmu dengan alasan agar mendapatkan pekerjaan yang layak nantinya. Tetapi jika hal itu tidak sesuai dengan harapan, tak jarang pula dari mereka akan mengatakan seperti ini: “Buat apa sekolah tinggi-tinggi jika hasilnya hanya duduk diam di rumah?”

Dari pernyataan tersebut berarti selama ini anggapan mereka adalah bahwa menuntut ilmu itu semata-mata hanyalah untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.Tidak bisa dipungkiri memang hal itu merupakan salah satu alasannya, tetapi tidakkah kita pernah berfikir ada tujuan yang lebih bermakna daripada itu?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu; atau pengetahuan atau kepandaian tentang soal duniawi, akhirat, lahir, batin, dsb.

Dalam Wikipedia Indonesia, Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi dan kenyataan dalam alam manusia.

 Dalil al-Quran/Hadis
Sedangkan dalam al-Quran, terkait ilmu pengetahuan ini Allah swt berfirman: “Niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. al-Mujadalah: 11)

Di samping itu, ada banyak hadis Nabi Muhammad saw yang menganjurkan kita untuk belajar dan menuntut ilmu pengetahuan, di antaranya: “Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat.” (HR. Muslim); “Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah).”(HR. Ibnu Majah); “Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke sorga.”(HR. Muslim);

“Siapa yang keluar untuk menuntut ilmu maka dia berada di jalan Allah sampai dia kembali.”(HR. Tirmidzi); “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Quran dan yang mengajarkannya.”(HR. Bukhari); “Kelebihan seorang alim (ilmuwan) terhadap seorang `abid (ahli ibadah) ibarat bulan purnama terhadap seluruh bintang.”(HR. Abu Dawud);

“Termasuk mengagungkan Allah ialah menghormati (memuliakan) ilmu, para ulama, orang tua yang muslim dan para pengemban al-Quran dan ahlinya, serta penguasa yang adil.” (HR. Abu Dawud dan Aththusi); “Siapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah maka baginya satu kebaikan dan setiap kebaikan aka dilipatgandakan sepuluh, saya tidak mengatakan: Alif, lam, mim... satu huruf. Tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf,” (HR. Bukhari).

“Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya.Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu.Barangsiapa seperti itu maka baginya neraka.”(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah);

“Orang yang paling pedih siksaannya pada hari kiamat ialah seorang alim yang Allah menjadikan ilmunya tidak bermanfaat.” (HR. Al-Baihaqi); “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang shaleh.”(HR. Muslim)

 Pentingnya menuntut ilmu
Dari ayat dan beberapa hadis di atas, tentunya kita telah menemukan alasan yang lebih bermakna dari pentingnya menuntut ilmu.Diberikan derajat yang tinggi oleh Allah, dimudahkan jalan ke sorga, dan mendapatkan amalan yang tiada putus.

Jadi, jangan pernah berfikir jika kita nantinya tidak mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan apa yang kita harapkan lantas kita mengatakan “Percuma saya kuliah kalau akhirnya hanya seperti ini.”Buang pikiran itu jauh-jauh.

Dengan ilmu yang kita punyai, kita bisa mengajarkan orang-orang yang sama sekali tidak tahu. Tidak mesti harus menjadi guru baru bisa mengajari orang. Selain ilmu akan bertambah, pahala dari Allah juga akan bertambah. Bukankah mendapatkan pahala dari Allah karena menuntut ilmu jauh lebih berarti dibandingkan dengan hal lainnya.

Sesungguhnya kehidupan yang abadi itu adalah kehidupan di akhirat kelak. Jadi, tuntutlah ilmu apapun itu! Tetapi ingat, harus tetap dalam konteks yang positif!
            SYARAT-SYARAT MENUNTUT ILMU
KARENA tujuan ilmu dalam Islam sangat mulia, yaitu untuk mengenal Allah Subhanahu Wata’ala dan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat, maka syarat untuk meraihnya pun sangat ketat.
Syarat mencari ilmu merupakan bagian adab dari mencari ilmu.Di antara syarat utama mencari ilmu adalah pembersihan diri dari dosa-dosa yang bisa menghalangi kita mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menyusun adab menuntut ilmu bagi diri seorang peserta didik sebanyak sepuluh, diataranya: mensucikan diri dari akhlaq tercela, mengurangi ketergantungan sibuk pada perihal dunia, tidak boleh sombong kepada guru, menghindari perselisihan dan perdebatan di awal menuntut ilmu dan masih banyak lainnya.
Syaikh Hasyim Asyari dalam kitab Adab al-Alim wa al-Muta’allim juga menyebutkan adab peserta didik pada diri sendiri juga ada sepuluh. Uniknya baik Imam al-Ghazali maupun syaikh Hasyim Asyari (dan mungkin juga ulama yang lain) menjadikan pemberisihan hati (tazkiyat al-Nafs) pada level yang utama. Ini memberikan penjelasan bahwa kebersihan hati adalah syarat mutlak agar seseorang mendapatkan ilmu yang manfaat.
Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa sesungguhnya aktivitas menuntut ilmu adalah aktivitas hati, sholat yang samar dan ibadah batin kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Sebagaimana sholat tidak  sah tanpa kebersihan jasad dari hadats dan najis, begitu pula mencari ilmu tidak sah tanpa kebersihan batin dari kotoran akhlaq dan najisnya sifat. Sekiranya, hati tercemari dengan unsur-unsur negatif yang dapat merusak kemurnian hati, hal ini bisa menyebabkan sukar menerima ilmu.Karena pada dasarnya ilmu bersifat suci.(Imam al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, hal. 26).
Senada dengan Imam al-Ghazali, Pendiri NU, KH Hasyim Asyari menyatakan agar ilmu dapat diterima, dapat dihafalkan, dan diketahui halusnya makna ilmu itu , serta  dapat memahamai rahasia dari ilmu. Maka hal utama yang harus dilakukan oleh seorang murid adalah membersihkan hati dari penyakit seperti dusta, unek-unek dan iri hati.Bahkan Kiai Hasyim menyebutkan, aqidah sesat juga merupakan penyakit hati, karenanya harus dibersihkan pula. (Syaikh Hasyim Asy’ari: Adab al-Alim wa al-Muta’alim, hal. 24).
            HIKMAH MENUNTUT ILMU
1. Berada di jalan Allah
“Barang siapa yang keluar rumah untuk menuntut ilmu, berarti dia berada di jalan Allah hingga pulang” (HR Turmudzi)

2. Mendapatkan pahala yang mengalir terus menerus
“Jika anak adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecualai 3 hal, yaitu shadaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, anak shaleh yang selalu mendoakan orang tuanya.”(HR Muslim)

3. Agar tidak terlaknat
“Dunia dan seisinya terlaknat, kecuali yang memanfaatkannya demi kepentingan dzikrullah dan yang serupa dengan itu, para ulama dan orang-orang yang menuntut ilmu” (HR Turmudzi)

4. Ditinggikan derajatnya
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.

5. Dimudahkan jalan menuju surga
“Barang siapa menempuh jalan untuk menentut ilmu agama, pasti Allah membuat mudah baginya jalan menuju surga” (HR Muslim)

Karena itu, dengan menuntut ilmu semoga kita menjadi orang baik, tetap berada di jalan Allah, memiliki pahala yang terus mengalir meskipun sepeninggal kita, tidak terlaknat, ditinggikan derajatnya dan dimudahkan Allah menuju surga. Amin


Tidak ada komentar:

Posting Komentar